5 Mitos 'Tak Masuk Akal' Masa Lalu tentang Keperawanan

 www.monoel.com
Sejarah mencatat banyak budaya masa lalu yang melihat keperawanan seseorang sebagai sesuatu yang sangat berharga dan dianggap sebagai 'kehormatan' dari seorang perempuan.
Tidak hanya pada zaman kuno, di beberapa belahan Bumi pada modern pun masih ada yang beranggapan demikian.
Keperawanan seorang perempuan masih dinilai sebagai sebuah 'simbol' pengendalian diri bagi banyak orang.
Kehilangan keperawanan sebelum menikah merupakan 'aib' dalam sejumlah budaya dan lingkungan keagamaan.
Namun dengan mempertimbangkan ada banyak hal yang dapat membuat seorang perempuan tidak 'perawan' lagi, pemikiran ini terlalu menyederhanakan sesuatu yang lebih kompleks dan merupakan praktik ofensif patriarki.
Walaupun begitu, setidaknya masyarakat telah melupakan kepercayaan 'konyol' seperti menguji keberadaan selaput dara dengan menyuruh gadis perawan menduduki asap api batu bara.
Tidak hanya itu, seperti dikutip dari Bustle.com, Selasa (22/11/2016), kepercayaan untuk melakukan uji coba perawan tersebut tidak hanya dilakukan dengan batu bara, tapi juga dengan benang, reaksi binatang, dan tanda payudara yang relatif lebih kecil.

1. Gadis Perawan Jarang Buang Air Kecil

Pada zaman dulu orang-orang percaya bahwa gadis perawan lebih jarang buang air kecil.
Tabib kala itu -- seperti Pliny the Elder hingga dokter abad pertengahan asal Jerman, Albertus Magnus -- percaya bahwa tubuh seorang perempuan tak perawan lebih 'bocor'. Hal itu diartikan bahwa perempuan itu akan lebih sering buang air kecil.
Percobaan kegadisan itu dilakukan dengan menggunakan lignite atau jet, sejenis arang batu yang dimasukkan ke dalam air dan kemudian diminum.
Waktunya akan dihitung, berapa lama yang dibutuhkan oleh seorang gadis itu untuk buang air kecil. Jika sangat lama, mengartikan perempuan itu masih perawan.
Namun jika cepat, wanita itu akan dilabel 'bocor' dan dinyatakan tidak lagi perawan.
Salin itu cara lainnya yang digunakan adalah dengan membakar arang itu dan meletakkan benda itu di antara kaki sang gadis.
Jika dia bisa mencium bau asapnya, hal itu menandakan bahwa vaginanya telah ditembus -- mengakibatkan asap masuk lewat 'lubang' tersebut ke dalam tubuhnya.

2. Tes Keperawanan dengan Benang

Beberapa kelompok masyarakat kuno, benang menjadi alat penguji keperawanan seorang perempuan. Hal itu dikemukakan oleh Helkiah Crooke.
Ironisnya, Crooke yang merupakan seorang dokter istana terhormat pada masa Raja James I pada awal 1600-an, juga dikenal dengan hasil kerjanya dalam bidang anatomi.
Jadi, menurut Crooke jika sehelai benang ditarik dari puncak hidung seorang perempuan ke dasar tengkoraknya, kemudian ukuran itu muat ketika dilingkarkan di leher, maka dia masih perawan.
Jika tidak, perempuan tersebut dianggap tak lagi perawan.

3. Mandi Darah Perawan

Mitos satu ini sering didengar dalam kisah-kisah horor. Namun, praktik mandi darah perawan pernah dilakukan oleh bangsawan Slovakia, Elizabeth Bathory.
Tak ada yang tahu berapa perempuan yang telah dibunuhnya, tapi dialah yang bertanggung jawab atas kematian perempuan muda dan perawan di kastil Hungaria.
Pada awal 1600-an Bathory menyiksa banyak gadis dengan metode penyiksaan yang memungkinkan mereka mengeluarkan banyak darah.
Sejarah mengatakan dia meminum darah gadis tersebut dan beberapa menyatakan bahwa Bathory bahkan mandi darah.
Hal ini dilakukan karena perempuan itu menduga dengan minum dan mandi darah perawan dia akan tetap cantik dan awet muda.

4. Bisa Diendus Binatang


Satu lagi mitos yang beredar pada zaman dulu mengenai keperawanan adalah hewan dan tumbuhan memiliki reaksi yang berbeda saat disentuh oleh gadis perawan dan sebaliknya.
Dikatakan bahwa perawan dapat menjinakkan hewan buas, seperti unicorn yang merupakan hewan mistis liar dan sulit untuk dijinakkan.
Contoh lainnya menyebutkan bahwa pada Abad Pertengahan, seorang perempuan Romawi yang seharusnya diterkam harimau, mampu menjadikan hewan buas itu bak kucing di dekatnya.
Hal itu dipercaya kala itu diakibatkan oleh status keperawanannya.
Mitos lainnya yang dituliskan dalam buku yang ditulis pemikir Jerman, Heinrich Kornmann pada 1619 menyebut, perawan lebih menderita karena gigitan kalajengking, dibandingkan sebaliknya.
Dan konon, setiap kali gadis memetik hasil panen pertama, maka tanaman tersebut akan mati.
Namun masyarakat Yunani Kuno percaya bahwa ular hanya mau diberi makan oleh seorang perempuan 'suci'.
Sementara warga Inggris Kuno percaya bila perempuan dapat berjalan di antara kerumunan serangga tanpa disengat, berarti dia masih perawan.

5. Perawan Memiliki Payudara Kecil


Menurut buku Hanne Blank, Virgin: The Untouched History, salah satu cara terbaik untuk menentukan keperawanan seseorang adalah dengan cara melihat payudaranya.
Jika gadis itu memiliki payudara yang lebih kecil, puting berwarna merah muda, dan 'naik', maka dia masih perawan.
Hal ini diakibatkan kerana dulu masyarakat percaya bahwa jika seseorang pernah mengandung, maka dia akan memiliki payudara yang lebih besar.
Ada pula yang percaya bahwa jika sperma memasuki vagina perempuan, protein tersebut akan 'berenang' di dalam payudaranya dan membuat dada perempuan lebih besar.
Comments
0 Comments